Senin, 05 Mei 2014

TA’BIR SOAL NOMOR 3 BAHTSUL MASAIL PCNU KETIGA



TA’BIR SOAL NOMOR 3 BAHTSUL MASAIL PCNU KETIGA


3. PENGHASILAN DARI JABATAN DENGAN CARA SUAP 

Latar Belakang Masalah
Dalam dunia kerja yang tidak sehat, prestasi dan dedikasi seringkali tidak menjadi pertimbangan utama dalam menentukan kebijakan kenaikan jabatan karyawan. Menyadari kondisi seperti ini, seorang karyawan memberikan sejumlah uang kepada pihak tertentu untuk kenaikan jabatannya.

Pertanyaan:
1. Bagaimana hukum penghasilan yang diperoleh setelah kenaikan jabatan tersebut?
(MWCNU KARANGANYAR)


HASIL KEPUTUSAN
Muktamar Nahdlatul Ulama ke 31 di Asrama Haji Donohudan Boyolali Solo Jawa Tengah 29 Nopember – 1 Desember 2004
Tentang:
MASAIL AL-DINIYYAH AL-WAQI’IYYAH
435. Penyuapan dalam Penerimaan PNS
A. Pertanyaan
a. Bagaimana hukum memberi dan menerima sesuatu agar diterima sebagai PNS dan semacamnya?

B. Jawaban
a. Pemberian sesuatu dan semacamnya adalah risywah (suap). Pada dasarnya risywah itu hukumnya haram, kecuali untuk menegakkan kebenaran atau menolak kebatilan, maka tidak haram bagi pemberi dan tetap haram bagi penerima.

Pertanyaan
b. Bagaimana hukunya gaji yang proses pengangkatannya karena risywah (suap)?

Jawaban
b. Masalah gaji PNS yang penerimannya melalui risywah (suap) ada dua pendapat menurut muktamirin: pekerjaan yang dikerjakan

Pendapat pertama, hukumnya haram, karena:
1) Adaan keterkaitan sebab dan akibat antara risywah (suap) dan gaji.

2) Gaji yang diterima bukan termasuk ujrah (upah), tetapi irzaq, ihsan, atau musamahah (tunjangan/insentif), sehingga gaji yang diterima tidak terkait dengan pekerjaan yang dikerjakan, tetapi terkait dengan pengangkatan yang prosesnya melalui suap.

3) Pengangkatannya dianggap tiak sah atau batil, sehingga gajinya juga tidak sah.

Pendapat kedua, hukumnya halal, karena:
1) Tidak ada keterkaitan antara risywah (suap) dan gaji, sebagaimana tidak adanya keterkaitan antara haramnya mencuri sajadah dan sahnya shalat diatas sajadah curian itu.

2) Pengangkatan untuk menjadi PNS itu dianggap sah.



2

Dasar Pengambilan Hukum

Al-Quran

وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (البقرة 188)
Aqwalul Ulama

1. Al Asybah Wannazhair halaman 94-95
خَاتِمَةٌ:
يُنْقَضُ قَضَاءُ الْقَاضِيْ إِذَا خَالَفَ نَصًّا, أَوْ إِجْمَاعًا, أَوْ قِيَاسًا جَلِيًّا.
قَالَ الْقَرَافِي: أَوْ خَالَفَ الْقَوَاعِدَ الْكُلِّيَّةَ. قَالَ الْحَنَفِيَّةُ: أَوْ كَانَ حُكْمًا لَا دَلِيْلَ عَلَيْهَا
2. Nihayatul Muhtaj 5/288
وَمَا جَرَتْ بِهِ الْعَادَةُ مِنْ جَعْلِ جَامَكِيَّةٍ عَلَى ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنْ بَابِ الْإِجَارَةِ وَإِنَّمَا هُوَ مِنْ بَابِ الْإِرْزَاقِ وَالْإِحْسَانِ وَالْمُسَامَحَةِ بِخِلَافِ الْإِجَارَةِ فَإِنَّهَا مِنْ بَابِ الْمُعَاوَضَةِ

3. Al Mubdi’ fii Syarhil Muqni’ 10/7
وَمِنْ شَرْطِ صِحَّتِهَا مَعْرِفَةُ الْمُوَلِّيْ كَوْنَ الْمُوَلَّى عَلَى صِفَةٍ تَصْلُحُ لِلْقَضَاءِ لِأَنَّ مَقْصُوْدَ الْقَضَاءِ لَا يَحْصُلُ إِلَّا بِذَلِكَ وَحَاصِلُهُ إِنْ كَانَ يَعْرِفُ صَلَاحِيَّتَهُ وَلَّاهُ وَإِلَّا سَأَلَ أَهْلَ الْمَعْرِفَةَ عَنْهُ وَلِأَنَّ الْأَصْلَ اَلْعِلْمُ فَلَا يَجُوْزُ تَوْلِيَتُهُ مَعَ عَدَمِ الْعِلْمِ بِذَلِكَ كَمَا لَا يَجُوْزُ تَوْلِيَتُهُ مَعَ الْعِلْمِ بِعَدَمِ صَلَاحِيَّتِهِ
 
4. Syarh Muslim, linnawawi, 2/58-59
أَنَّ الصَّلَاةَ فِي الدَّار الْمَغْصُوبَةِ بِهِ صَحِيحَة يَسْقُط بِهَا الْفَرْض ، وَلَا ثَوَاب فِيهَا . قَالَ أَبُو مَنْصُور . وَرَأَيْت أَصْحَابَنَا بِخُرَاسَان اِخْتَلَفُوا ؛ فَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ : لَا تَصِحُّ الصَّلَاة . قَالَ : وَذَكَرَ شَيْخُنَا فِي الْكَامِل أَنَّهُ يَنْبَغِي أَنْ تَصِحَّ وَيَحْصُل الثَّوَاب عَلَى الْفِعْل فَيَكُون مُثَابًا عَلَى فِعْله عَاصِيًا بِالْمُقَامِ فِي الْمَغْصُوب ، فَإِذَا لَمْ نَمْنَع مِنْ صِحَّتهَا لَمْ نَمْنَع مِنْ حُصُول الثَّوَاب . قَالَ أَبُو مَنْصُور : وَهَذَا هُوَ الْقِيَاسُ عَلَى طَرِيق مَنْ صَحَّحَهَا . وَاَللَّه أَعْلَم .

5. Mughnil Muhtaj 1/295

( فَإِنْ بَاعَ ) مَنْ حَرُمَ عَلَيْهِ الْبَيْعُ ( صَحَّ ) بَيْعُهُ وَكَذَا سَائِرُ عُقُوْدِهِ لِأَنَّ النَّهْيَ لِمَعْنًى خَارِجٍ عَنِ الْعَقْدِ فَلَمْ يَمْنَعْ اَلصِّحَّةَ كَالصَّلَاةِ فِي الدَّارِ الْمَغْصُوْبَةِ

Sumber:
Ahkamul Fuqaha halaman 612 s/d 618

Wallaahu A’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar